Menjadi anak-anak tidak seperti
menjadi orang dewasa. Banyak hal yang menarik sewaktu kita masih anak-anak. Waktu
dimana kita tidak memikirkan apapun selain bermain. Apa pun menjadi sangat
menarik di mata anak-anak. Imajinasi mereka mengagumkan dan tanpa batas. Beda dengan
orang dewasa yang sudah terlalu banyak terkontaminasi pikiran-pikiran kotor.
Sewaktu kecil (kira-kira umur 4
tahun), saya tidak teralu banyak memiliki teman. Mungkin karena saya terlalu
cengeng dan tukang mengadu. Waktu itu juga ternyata saya udah plenyun haha x))
Karena selalu main sendiri tanpa
teman, maka saya menciptakan teman saya sendiri. Namanya Lolo Bamba. Kapan dan dimana
saya kenalan dengan Lolo, saya pun nggak tahu. Yang saya tahu Lolo Bamba selau
menemani saya kemana pun.
Dalam imajinasi saya, Lolo Bamba
berkulit hitam legam, bermata belo dan memiliki bibir merah tebal. Tingginya tidak
lebih dari tinggi saya waktu itu, rambutnya berubah-ubah tergantung mood saya.
Lolo Bamba selau tersenyum dan ngga pernah menrengut. Sekilas mirip seperti Dakocan.
Kemanapun saya selalu terlihat menggandeng Lolo. Saya bahkan mengenalkannya ke
Ibu, Babab, Mba Ipit dan Momon, boneka monyet coklat teman saya bermain
ibu-ibuan.
Lolo Bamba selalu menemani saya
bermain masak-masakan, ibu-ibuan dan kenek-kenekan. Saat sedang main
masak-masakan, maka Lolo Bamba berperan sebagai Bapak, saat sedang main
ibu-ibuan, Lolo Bamba sebagai tetangga saya dan saat saya main kenek-kenekan,
Lolo Bamba berperan sebagai sopir atau penumpang. Waktu itu, apapun yang
dilakukan bersama Lolo sangat menyenangkan dan seru!
Tidak ada orang yang bisa melihat
Lolo Bamba selain saya. Jadi jika saya sedang bermain dengannya, maka orang
akan melihat anak kecil kurus berambut merah sedang bermain sambil berbicara sendirian.
Beruntungnya, Ibu memiliki pengetahuan cukup luas mengenai dunia anak-anak dan
tidak cepat-cepat memvonis saya sebagai anak berkemampuan spesial.
Kira-kira saat kelas 4 SD, Lolo
Bamba mulai menghilang, seiring dengan saya pindah rumah dan memiliki teman di
tempat yang baru. Ibu dan Babab sering bertanya keberadaan Lolo, waktu itu saya
jwab “Lolo-nya lagi pergi kerumah ibunya”. Dan sekarang, Lolo benar-benar
menghilang.
Tulisan ini semacam pengingat
bahwa teman khayalan ternyata bisa dirindukan juga. Mungkin jika saya bertemu
Lolo saat ini, saya kan lari ketakutan karena bentuknya yang absurd dan ngga
jelas.
Buat Lolo Bamba dimanapun kamu dan dalam bentuk apapun, makasih ya udah nemenin saya main-main waktu kecil.
See you when I see you :))
No comments:
Post a Comment