Saya selalu suka hujan. Hujan pagi, siang, sore, apalagi
malem ,bikin enak tidur :D. Seperti pada umumnya sifat air yang membawa
kesejukan, begitupun hujan. Aromanya, suaranya dan dinginnya selalu membawa
ketenangan. Aroma rintik hujan yang menyentuh tanah buat saya adalah aroma
terbaik yang belum ada tandingannya. Suara rintik hujan serupa orkes alam
dengan kodok betung sebagai paduan suaranya, terdengar berisik tapi
menyenangkan. Bikin senyum-senyum sendiri x))
Indah yah hujan itu. Saat dimana matahari harus pasrah
berdiam diri dibelakang awan hujan yang montok bulat berjejalan di langit
kelabu sewarna abu. Saya bahkan sering sengaja bermacet-macet muterin Jakarta
dikala hujan demi merasakan nikmatnya berdiam meringkuk di bis sambil
memandangi titik air yang menerpa jendela (iya, ini keliatan seperti adegan
galau legendaris sepanjang masa)
Sayangnya, akhir-akhir ini hujan tidak seindah yang dari tadi
saya certain. Rintik dan aromanya memang masih sama tapi efek membahagiakannya
seperti terkikis perlahan, semuanya karena alasan BANJIR.
Foto diambil waktu banjirnya masi level 'wajar' |
Memang sudah menjadi tradisi di rumah saya bahwa setiap tahun
pasti harus rela rumahnya dijadikan kali dadakan oleh banjir. Biasanya tinggi
banjir maksimal selutut dan itupun setahun hanya sekali. Tapi tahun ini
sepertinya banjir betah banget berkunjung kerumah saya. Dalam 2 bulan terakhir,
banjir-banjir ini sudah bertamu 5 kali dan dengan ketinggian lebih dari
biasanya, sepingggang!
Rumah pengungsian pun yang biasanya aman, tentram dan damai
ikut-ikutan didatengin banjir. Hujannya juga sepertinya sedang reuni akbar,
ngumpul breg jadi satu turun ke tanah. Deras ngalir ga pake jeda. Banjir tinggi
ditambah hujan deras tanpa reda menghasilkan pikiran-pikiran menakutkan. Pikiran
menakutkan itu menumpulkan keberanian dan, pastinya melenyapkan senyuman
(yakelah cha bahasanya!)
Dan pikiran menakutkan tersebut yang mengikis kebahagiaan
hujan. Sekarang, tiap denger suara hujan yang dipikiran cuman banjir dan air
kotor yang akan betah nginep dalem rumah berhari-hari. Pikiran akan betapa
susahnya, bahkan hanya untuk pipis. Belom lagi listrik yang padam menambah
lengkap semua derita banjir.
Pikiran-pikiran tadi ditambah kadarnya oleh segala
pemberitaan di semua media bahwa hujan deras masih akan berlangsung hingga
akhir Febuari dan memang matahari sebulan belakangan ini seperti malas-malasan
untuk bersinar. Karena itu semua saya sempat takut keluar rumah. Saya takut
ketika berada diluar, hujan deras akan turun, saya ngga bisa pulang dan dirumah
banjir mulai tinggi. AAAARRGHH!!!
Tiap ada gerimis saya selau cemas. Saya berubah jadi seperti
Ranma Setengah, tokoh dalam anime Dragon Ball Z yang akan berubah jadi
perempuan ketika kena air. Saya cemas bukan karena air hujan yang bisa mengubah
saya menjadi cowo tampan, pujaan hati setiap wanita, tapi karena saya takut
dari hujan rintik kecil manis tersebut akan berubah menjadi hujan deras tanpa
henti yang akan membawa banjir(lagi) dirumah.
Begitu hebatnya efek banjir menimpa saya, entah karena saya
yang emang lagi cengeng luar biasa atau emang karena banjir tahun ini yang luar
biasa. Yang pasti saya setres ngga udah-udah tiap denger banjir dan saya cape
kebanjiran terus.
ini saya capek banget loh. kliatan kan mukanya capeeeekk banget! |
No comments:
Post a Comment