Sampai sekarang saya masi muntab
jika baca teweet itu sekali lagi. Tweet tentang bagaimana saya yang
terperangkap dalam dunia teks yang semu, katanya.
Saya kasi tau yah, menurut kamu
mungkin dunia teks itu semu tapi menurut saya dari situ saya bisa bicara apa
adanya. Saya lebih nyaman mengutarakan pendapat saya melalui teks. Dari teks
juga saya dapat berpikir jernih sebelum berpendapat, bukan berarti saya
pengecut yang tidak berani berhadapan langsung dengan lawan bicara saya.
Menurut saya, kamu ngga berhak
bilang dunia teks itu semu hanya karena kamu bertemu saya. Saya kasih tau ya banyak
orang yang kehidupannya bergantung pada teks, dan kamu mao bilang meraka semua
itu manusia semu?
Buat kamu, berpikirlah sebelum
membuat kesimpulan.
Ya memang itu hak kamu dalam
berpendapat tapi merupakan hak saya juga untuk kemudian menjadi benci teramat
sangat dengan pendapat kamu.
No comments:
Post a Comment