Tiap wanita pasti punya impian
tentang pesta pernikahannya. Gaun pengantin impian, dekorasi pelaminan, konsep
pernikahan, katering sampe dress code para tamu.

Pesta pernikahan itu ribet, ruwet
dan njlimet. Mulai dari keluarga yang ngiri-ngirian soal seragam, baju
perniakahan dari adat pihak keluarga mana yang akan digunakan sebagai gaun
pengatin sampe ke warna apa yang akan digunakan. Semuanya terlalu ruwet,
terlalu njlimet. Makanya ngga heran 2 bulan menjelang pernikahan calon
pengantin wanita justru dirawat di RS karena stres. Oya, saya juga pernah
mendengar ada pernikahan yang gagal sebulan sebelumnya hanya karena baju
pengantin. It all sounds very riddiculous to me.

Tidak ada undangan cetak, karena cuma
bikin sampah. Undangan akan saya buat di eventbrite dan saya sebar link-nya ke
teman-teman terdekat. Saya tidak suka pesta yang terlalu semarak, saya tidak suka
tempat yang terlalu ramai. Oya, tamu yang datang pun tidak perlu berdandan
maksimal, meraka boleh datang dengan pakaian ternyaman mereka, celana pendek,
kaos oblong, sendal jepit, pokoknya yang penting nyaman. Musik yang mengiringi
adalah petikan gitar akustik atau suara-suara musik organik.
Tidak ada pelaminan, karena saya
akan duduk bersama dengan tamu saya, karena begitulah seharusnya tuan rumah
yang baik, menjamu tamunya secara langsung. Pesta akan berlangsung saat senja,
saat matahari berubah menjadi jingga hingga berubah menjadi bulan yang bulat
sempurna.
Buat saya pesta pernikahan
seharusnya dibuat senyaman mungkin tanpa beban tetapi tidak mudah dilupakan karena
‘pesta’ sesungguhnya justru dimulai setelah pesta pernikahan usai.
No comments:
Post a Comment