Saya paling suka jalan-jalan.
Kemanapun. Ngga perlu jauh-jauh, jalan-jalan keliling Jakarta naek TransJakarta
atau Commuterline aja udah gembira ria apalagi jalan-jalan yang jauh. :D
Nah, November 2014 kemarin saya
ditawarin temen kampus (atau mantan kampus, karena saya udah ngga ngampus lagi
:D) unutuk plesiran ke Kepualuan
Karimun Jawa. Karena terhasut gambar-gambar kece dari gugel image, saya pun setuju untuk ngikut.
Karimun Jawa adalah sebuah
kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (hasil
gugling di sini. Kepulauan
ini juga terkenal dengan Taman Nasional Laut-nya yang menyimpan beragam
keindahan Laut Jawa. Untuk sampai kesana, kami harus ke Jepara lalu kemudian nyebrang
dengan kapal ferry (4 jam perjalanan)
atau kapal cepat (2 jam perjalanan, tapi harga tiketnya 3 kali lebih mahal).
Waktu berangkat, ada perasaan ngeri-ngeri sedep, karena kami berangkat di bulan
November. Bulan di mana cuaca teramat labil, kadang hujan, kadang mendung,
kadang panas terik (semacam suasana hati kalo udah kelamaan jomblo trus
tiba-tiba di-PHP-in).
Kami berangkat Kamis malam dari
terminal Rawamangun menuju Jepara. Estimasi waktu keberangkatan bis waktu itu pukul
6.30 sore dan ternyata berangkatnya tepat pukul……….7.30 malam. Yak!
Ritual wajib sebelum berangkat: selfie dalem bis :)) |
Karena bis yang telat sejam,
otomatis nyampe Jepara pun telat satu setengah jam. Kami sampai di Jepara tepat
setengah jam sebelum jadwal kapal cepat menuju Karimun Jawa berangkat. Dan ternyata kapal cepatnya pun telat, sejam
(lagi) hihi :D
Kami tiba di Karimun Jawa sekitar
pukul 11.30 siang, disambut matahari yang panasnya ngga pake diskon. Perasaan
ngeri-ngeri sedep pun hilang seketika. Ternyata semesta mendukung acara plesiran kami. YAY! :D
Karena masih menggunakan PLTG
(Pembangkit Listrik Tenaga Gas –tapi bukan gas kentut-), listrik di Karimun
Jawa menyala hanya dari pukul 6:00 sore sampai 6:00 pagi. Yup! Tidak ada
listrik di siang hari! Setelah lebih dari 10 jam kedinginan di bis
Jakarta-Jepara, kemudian kepanasan jalan kaki dari terminal Jepara-pelabuhan,
terus kedinginan lagi di kapal cepat Jepara-Karimun Jawa dan akhirnya kita
resmi kepanasan di Karimun Jawa (perjalanan panas-dingin). Dengan matahari yang
teriknya (masih) ngga kenal diskon, saya pun ngadem sambil bengong
termangap-mangap di teras rumah penginapan. Jangankan es krim, kipas angin aja
ngga bisa nyala. Akhirnya sambil menunggu perjalanan menuju destinasi pertama
jam 4 sore nanti, saya pun (dengan mengerahkan seluruh tenaga) mandi dan tidur
sekenanya.
Destinasi pertama kami adalah
Bukit Joko Tuo. Dari atas bukit ini kita bisa lihat seluruh Kepulauan Karimun
Jawa lengkap dengan atap-atap rumah penduduk dan pulau-pulau kecil di
sekelilingnya. Mirip-mirip laah sama view-nya
Rio de Janeiro yang iconic itu.
pose andalan: pose menatap masa depan (yang suram) :) |
Ngga peduli view-nya, yang penting WEFIE! :D |
Saking serunya selfie kami hampir lupa kalo hari sudah
mulai gelap dan sudah waktunya turun kembali ke rumah penginapan. Listrik pun
sudah mulai menyala. Kehidupan pun mulai tampak
(tsaah). Saya pun udah bisa ngecas hape :D.
Suasana malam di Karimun Jawa
sangat kontras berbeda dengan suasana siangnya. Jika siangnya tampak sepi dan
lengang, maka malam hari tampak ramai dan hidup. Pengaruh listrik terhadap
kehidupan manusia modern ternyata amatlah besar, big thanks to Eyang Thomas.
Di alun-alun, banyak penjual yang
mulai menggelar dagangannya. Kebanyakan pedagang setempat berjaulan suvenir,
ciri khas dari daerah wisata. Tapi banyak juga yang berjualan makanan dan ikan
mentah. Di malam terakhir saya di sana, saya sempat nyobain mi ayam baksonya,
lumayan enak dan ngga mahal! Karena daerah pesisir yang lumayan jauh dari
peternakan sapi, bakso yang dijual adalah bakso ikan bukan bakso sapi. Tapi
untungnya telor ayam masih masuk ke sana, jadi bisa makan Indomie telor juga :D
Hari kedua kami harus bangun pagi
banget, saya bangun pukul 5:00 pagi, satu jam sebelum listrik dimatikan. Untuk
ukuran orang yang ngga suka bangun pagi, saya cukup semangat waktu itu.
Kebayang serunya jalan-jalan siangnya. Pukul 7:30 pagi kami sudah bersiap-siap
menuju kapal jelajah. Pemilik kapal yang kami sewa adalah Pak Obet,
pakdhe-pakdhe berusia sekitar 50-an. Pak Obet ditemani 2 pendampingnya (saya
ngga tahu namanya, ngga nanya juga takut masnya naksir :D), mereka bertiga
berkulit coklat terbakar dengan rambut pirang agak semrawut (kecuali Pak Obet
yang berambut cepak), penampilan khas anak pantai.
Bukan anak pantai, cuma anaknya Pak Bambang dan Bu Anggi |
Pemberhentian pertama adalah
penangkaran hiu laut lepas. Lokasinya di sebuah pulau kecil yang saya ngga tahu
namanya. Tempatnya sederhana, berbentuk rumah bambu yang terbuka dan berjarak
sekitar 5 meter dari bibir pantai. Ada
jembatan bambu buatan untuk sekat antar kolam hiu yang berfungsi juga sebagai
jembatan. Untuk masuk ke dalam dikenakan biaya 25 ribu.
Itu beneran ada loh hiu-nya, cuma di pojokan. Dia ngga suka dipoto kayanya :( |
Karena teringat film Jaws saya sempat ragu-ragu untuk nyemplung bareng hiu. Tapi akhirnya saya nyemplung
juga soalnya gemes lihat SharkBite temennya Nemo.
Sayangnya beberapa hiu memiliki luka di sirip dan moncongnya, kalo kata
penjaganya karena 2 hari lalu kolamnya dijadikan satu dengan hiu putih yang
ukurannya lebih besar.
Lalu pemberhentian kedua kami
adalah tengah laut. Iya, kami akan snorkeling.
Sebagai perenang amatir yang cuma bisa berenang selama kaki masih menapak
lantai, saya ngga perlu khawatir buat snorkeling
karena Pak Obet menyiapkan live vest di
kapalnya. Dibandingkan dengan pengalaman pertama saya snorkeling di Pulau Tidung, di Karimun Jawa jauuhh lebih seru
dengan pemandangan bawah laut yang indah.
Nemo, is that you? |
Yang kayak begini, warna-warni, berbukit-bukit dan adanya di dalam laut. CANTIK! |
Oiya, demi mendukung pamer foto
di seluruh socmed yang ada (dan buat ganti
profile picture juga) kami menyewa under water camera. Jadi kami bisa foto
sambil pegang karang di dasar laut gitu. Dan karena Pak Obet dan krunya baik
hati, mereka mau jadi fotografer dadakan khusus buat kami. Kata Pak Obet,
biasanya mereka ngga mau bantu motretin pengunjung. Ngga cuma itu. Pak Obet
juga nambahin porsi snorkeling kami.
Jika umumnya hanya dikasih snorkeling sekali
di satu tempat, kami di kasih bonus snorkeling
dua kali di tempat yang berbeda dengan kedalaman laut yang lebih dalam dan view yang lebih cantik. Pak Obet baik
banget! Mungkin sebagian dari kami berhasil menyentuh rasa iba Pak Obet sampe
dia rela memberi bonus bertubi-tubi kayak gitu :D
Its -selow macem di pulow- pose |
Perjalanan belum berakhir. Karena
waktu sudah siang dan perut udah mulai keroncongan. Akhirnya kami merapat di
Pulau Cemara Kecil. Pak Obet dan kru-nya sudah siap untuk masak ikan bakar
untuk kami. Sembari menunggu makanan matang, kami berjalan mengelilingi pulau.
Sesuai namanya, pulau ini memang kecil walaupun ngga ada satu pun pohon cemara.
Hanya perlu waktu 15 menit untuk mengelilingi seluruh pulau. Buat yang seneng
ngambil objek foto selain selfie, di sini banyak obyek foto yang bagus. Objek
foto yang bakalan dapet respon “ya ampunn ini di mana? Bagus bangeet!”
Kurang lebih begini fotonya. Saking panik liat air yg bening sampe lupa foto pulaunya. Tapi kalo penasaran bisa dilliat di header blog ini :D |
Karena saya orangnya amatiran
(re: males mikir) dan ngga nemu kalimat yang pas buat mendeskripsikan
pemandangan yang ada di Pulau Cemara Kecil, makanya saya kasih liat fotonya aja ya :D
Setelah puas menikmati
keindahanan pulau (read: foto-foto sampe pegel) dan makan siang sampe kenyang,
kami meninggalkan Pulau Cemara Kecil untuk kemudian snorkeling (lagi). Setelah kira-kira 2 jam snorkeling kami melanjutkan jelajah ke sebuah pulau yang lumayan
besar (ngga tahu namanya) dan berpenghuni untuk melihat sunset. Sayangnya karena
terlalu banyak wisatawan yang datang dan spot
untuk mengambil sunset yang bagus hanya sedikit jadi saya ngga dapet foto
sunset sama sekali.
Kami kembali ke penginapan tepat saat
langit mulai gelap dan listrik sudah menyala. Badan pegel dari ujung kepalah
hingga kaki, rasanya seperti jalan kaki Bandung-Bekasi-Bandung-Bekasi. Aroma
tubuh pun makin mirip putri duyung, amis tiada tara. Rambut lengket campur
pasir. Tapi semua itu terbayar dengan serunya kami seharian. Malam di Karimun
Jawa cukup ramai, pas juga waktu itu malam minggu dan banyak juga wisatawan
yang sedang berlibur. Karena banyak wisatawan dan ada beberapa penginapan yang
menawarkan fasilitas pendingin ruang pada kamarnya, maka listrik pun sempat
padam kurang lebih 2 jam. Kami yang memilih tempat penginapan murah meriah tanpa
pendingin ruangan terpaksa harus rela terima nasib ngalah. But it was fine :)
Keesokannya kami tetap harus
bangun pagi karena harus mengejar kapal yang berangkat pukul 7:00 pagi. Karena
berlajan kaki menuju penginapan memakan waktu kurang lebih 30 menit, maka sejak
pukul 6:00 pagi saya sudah siap berangkat. Sampai di pelabuhan kurang lebih
pukul 6.30 pagi, masih ada setengah jam sebelum kapal berangkat. Daripada
buang-buang waktu lebih baik manfaatkan waktu yang cuma setengah jam itu
untuk….. SELFIE! (lagi)
Nah mas-mas pemalu nan unyu dan susah move on ini adalah seksi repot sepanjang perjalanan. Makasih ya, Ewin! :D |
Kami tiba di pelabuhan Jepara
pukul 12:00 siang, perut mulai laper dan bis ke Jakarta baru ada pukul 4:30
sore. Karena badan yang udah terlanjur cape, saya ngga kepikiran buat
jalan-jalan lagi di Jepara. Begitu sampe langsung cari makan dan nyari masjid sekitar terminal buat numpang istirahat.
Pukul 4:30 sore kami berangkat ke Jakarta dengan rute yang saya ngga tahu namanya tapi kayanya lebih jauh dari rute saat berangkat. Kami tiba di Jakarta pukul 1:00 siang karena bis mogok di daerah Serang dan butuh waktu 3 jam buat benerin kerusakan dan bis bisa jalan lagi. Saya pun, tanpa niat (walaupun seneng) harus bolos kantor.
Overall, walaupun badan capeknya bagai dipukulin preman se-Jakarta
tapi ngga bisa bales dan kulit gosong mirip Dakocan, jalan-jalan kali ini seru
dan bikin nagih.
Seperti kata salah satu kutipan ngetop ini, “travel is the only thing you buy that makes
you richer”.
Mari ita ngumpulin duit lagi buat jalan-jalan! J
No comments:
Post a Comment