March 11, 2015

Jalan-jalan Hore Edisi: Karimun Jawa


Saya paling suka jalan-jalan. Kemanapun. Ngga perlu jauh-jauh, jalan-jalan keliling Jakarta naek TransJakarta atau Commuterline aja udah gembira ria apalagi jalan-jalan yang jauh. :D

Nah, November 2014 kemarin saya ditawarin temen kampus (atau mantan kampus, karena saya udah ngga ngampus lagi :D) unutuk plesiran ke Kepualuan Karimun Jawa. Karena terhasut gambar-gambar kece dari gugel image, saya pun setuju untuk ngikut.

Karimun Jawa adalah sebuah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (hasil gugling di sini. Kepulauan ini juga terkenal dengan Taman Nasional Laut-nya yang menyimpan beragam keindahan Laut Jawa. Untuk sampai kesana, kami harus ke Jepara lalu kemudian nyebrang dengan kapal ferry (4 jam perjalanan) atau kapal cepat (2 jam perjalanan, tapi harga tiketnya 3 kali lebih mahal). Waktu berangkat, ada perasaan ngeri-ngeri sedep, karena kami berangkat di bulan November. Bulan di mana cuaca teramat labil, kadang hujan, kadang mendung, kadang panas terik (semacam suasana hati kalo udah kelamaan jomblo trus tiba-tiba di-PHP-in).

Kami berangkat Kamis malam dari terminal Rawamangun menuju Jepara. Estimasi waktu keberangkatan bis waktu itu pukul 6.30 sore dan ternyata berangkatnya tepat pukul……….7.30 malam. Yak!
Ritual wajib sebelum berangkat: selfie dalem bis :))

Karena bis yang telat sejam, otomatis nyampe Jepara pun telat satu setengah jam. Kami sampai di Jepara tepat setengah jam sebelum jadwal kapal cepat menuju Karimun Jawa berangkat.  Dan ternyata kapal cepatnya pun telat, sejam (lagi) hihi :D

Kami tiba di Karimun Jawa sekitar pukul 11.30 siang, disambut matahari yang panasnya ngga pake diskon. Perasaan ngeri-ngeri sedep pun hilang seketika. Ternyata semesta mendukung acara plesiran kami. YAY! :D

Karena masih menggunakan PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas –tapi bukan gas kentut-), listrik di Karimun Jawa menyala hanya dari pukul 6:00 sore sampai 6:00 pagi. Yup! Tidak ada listrik di siang hari! Setelah lebih dari 10 jam kedinginan di bis Jakarta-Jepara, kemudian kepanasan jalan kaki dari terminal Jepara-pelabuhan, terus kedinginan lagi di kapal cepat Jepara-Karimun Jawa dan akhirnya kita resmi kepanasan di Karimun Jawa (perjalanan panas-dingin). Dengan matahari yang teriknya (masih) ngga kenal diskon, saya pun ngadem sambil bengong termangap-mangap di teras rumah penginapan. Jangankan es krim, kipas angin aja ngga bisa nyala. Akhirnya sambil menunggu perjalanan menuju destinasi pertama jam 4 sore nanti, saya pun (dengan mengerahkan seluruh tenaga) mandi dan tidur sekenanya.

Destinasi pertama kami adalah Bukit Joko Tuo. Dari atas bukit ini kita bisa lihat seluruh Kepulauan Karimun Jawa lengkap dengan atap-atap rumah penduduk dan pulau-pulau kecil di sekelilingnya. Mirip-mirip laah sama view-nya Rio de Janeiro yang iconic itu.

pose andalan: pose menatap masa depan (yang suram) :)
Di bukit ini juga ada fosil dari ikan raksasa purba (lupa namanya), tapi menurut saya lebih mirip tulang ikan paus sih. Selain itu ada juga tasbih raksasa (entah kenapa di bukit ini serba raksasa), yang terdiri dari 33 butir batu sebesar batu kali yang diuntai menjadi sebuah tasbih. Sayangnya tempat-tempat tadi kurang terawat, padahal untuk naik ke Bukit Joko Tuo dikenakan biaya retribusi.
Ngga peduli view-nya, yang penting WEFIE! :D
Seperti biasa, sesampai di puncak yang lumayan tinggi dilakukanlah ritual jalan-jalan pada umumnya, yaitu SELFIE! Tongsis pun berhamburan di mana-mana. Di bukit ini saya belajar, bahwa ternyata foto-foto itu adalah salah satu cabang olah raga juga, karena baju saya kuyup keringetan :D
Saking serunya selfie kami hampir lupa kalo hari sudah mulai gelap dan sudah waktunya turun kembali ke rumah penginapan. Listrik pun sudah mulai menyala. Kehidupan pun mulai tampak  (tsaah). Saya pun udah bisa ngecas hape :D.

Suasana malam di Karimun Jawa sangat kontras berbeda dengan suasana siangnya. Jika siangnya tampak sepi dan lengang, maka malam hari tampak ramai dan hidup. Pengaruh listrik terhadap kehidupan manusia modern ternyata amatlah besar, big thanks to Eyang Thomas.

Di alun-alun, banyak penjual yang mulai menggelar dagangannya. Kebanyakan pedagang setempat berjaulan suvenir, ciri khas dari daerah wisata. Tapi banyak juga yang berjualan makanan dan ikan mentah. Di malam terakhir saya di sana, saya sempat nyobain mi ayam baksonya, lumayan enak dan ngga mahal! Karena daerah pesisir yang lumayan jauh dari peternakan sapi, bakso yang dijual adalah bakso ikan bukan bakso sapi. Tapi untungnya telor ayam masih masuk ke sana, jadi bisa makan Indomie telor juga :D

Hari kedua kami harus bangun pagi banget, saya bangun pukul 5:00 pagi, satu jam sebelum listrik dimatikan. Untuk ukuran orang yang ngga suka bangun pagi, saya cukup semangat waktu itu. Kebayang serunya jalan-jalan siangnya. Pukul 7:30 pagi kami sudah bersiap-siap menuju kapal jelajah. Pemilik kapal yang kami sewa adalah Pak Obet, pakdhe-pakdhe berusia sekitar 50-an. Pak Obet ditemani 2 pendampingnya (saya ngga tahu namanya, ngga nanya juga takut masnya naksir :D), mereka bertiga berkulit coklat terbakar dengan rambut pirang agak semrawut (kecuali Pak Obet yang berambut cepak), penampilan khas anak pantai.

Bukan anak pantai, cuma anaknya Pak Bambang dan Bu Anggi
Pemberhentian pertama adalah penangkaran hiu laut lepas. Lokasinya di sebuah pulau kecil yang saya ngga tahu namanya. Tempatnya sederhana, berbentuk rumah bambu yang terbuka dan berjarak sekitar 5 meter dari bibir pantai.  Ada jembatan bambu buatan untuk sekat antar kolam hiu yang berfungsi juga sebagai jembatan. Untuk masuk ke dalam dikenakan biaya 25 ribu.
Itu beneran ada loh hiu-nya, cuma di pojokan. Dia ngga suka dipoto kayanya :(
Ada beragam hiu yang dipelihara di sana. Yang kemarin saya lihat hanya hiu putih dan hiu yang standar ada di film-film (ngga tahu namanya hihi) tapi semuanya masih bayi. Panjangnya kurang lebih cuma satu meter. Oh iya, ada penyu juga! Waktu itu rasanya saya pengen nyemplungin henpon supaya bisa poto mereka dari dalem air. Kami diperbolehkan untuk berenang bersama ikan-ikan yang ada di penangkaran tersebut tapi dengan tangan yang tidak masuk ke air (nah coba deh bayangin berenang tapi tangannya ngga boleh masuk dalem air). Jika nekat memasukkan tangan ke dalam air, siap-siap aja dikerubingin hiu karena mereka akan mengira kita akan memberi makan. Untungnya kolam hiu dibuat hanya untuk berenang hiu-hiu unyu aja, karena dalamnya hanya sepinggang orang dewasa. Rasanya jadi seperti banjir-banjiran di rumah tapi airnya biru ditambah ikan-ikan unyu :D

Karena teringat film Jaws saya sempat ragu-ragu untuk nyemplung bareng hiu. Tapi akhirnya saya nyemplung juga soalnya gemes lihat SharkBite temennya Nemo. Sayangnya beberapa hiu memiliki luka di sirip dan moncongnya, kalo kata penjaganya karena 2 hari lalu kolamnya dijadikan satu dengan hiu putih yang ukurannya lebih besar.

Lalu pemberhentian kedua kami adalah tengah laut. Iya, kami akan snorkeling. Sebagai perenang amatir yang cuma bisa berenang selama kaki masih menapak lantai, saya ngga perlu khawatir buat snorkeling karena Pak Obet menyiapkan live vest di kapalnya. Dibandingkan dengan pengalaman pertama saya snorkeling di Pulau Tidung, di Karimun Jawa jauuhh lebih seru dengan pemandangan bawah laut yang indah.

Nemo, is that you?
Kalo di Pulau Tidung saya cuma ketemu ikan serupa ikan cupang, di Karimun Jawa saya ketemu NEMO! Saya berasa lagi ada di aquarium-nya Sea World. Ada banyak karang berbukit-bukit dengan warna-warna cantik di dalamnya. Ternyata yang sering saya lihat di Animal Planet atau NatGeo itu beneran ada! Saya ngga berhenti ketawa saking senengnya sama pemandangan yang saya lihat di dalam laut. Saya sempat deg-degan juga, karena kami snorkeling di kedalaman ± 20 meter jadi kalo nunduk liat bawah itu warnanya biru banget dan dalem banget. Kebayang ngga sih kalo tiba-tiba ada ikan paus nongol dari dasar laut trus mangap tepat di bawah kaki. Kan ngeri.
Yang kayak begini, warna-warni, berbukit-bukit dan adanya di dalam laut. CANTIK!

Oiya, demi mendukung pamer foto di seluruh socmed yang ada (dan buat ganti profile picture juga) kami menyewa under water camera. Jadi kami bisa foto sambil pegang karang di dasar laut gitu. Dan karena Pak Obet dan krunya baik hati, mereka mau jadi fotografer dadakan khusus buat kami. Kata Pak Obet, biasanya mereka ngga mau bantu motretin pengunjung. Ngga cuma itu. Pak Obet juga nambahin porsi snorkeling kami. Jika umumnya hanya dikasih snorkeling sekali di satu tempat, kami di kasih bonus snorkeling dua kali di tempat yang berbeda dengan kedalaman laut yang lebih dalam dan view yang lebih cantik. Pak Obet baik banget! Mungkin sebagian dari kami berhasil menyentuh rasa iba Pak Obet sampe dia rela memberi bonus bertubi-tubi kayak gitu :D

Its -selow macem di pulow- pose 
Perjalanan belum berakhir. Karena waktu sudah siang dan perut udah mulai keroncongan. Akhirnya kami merapat di Pulau Cemara Kecil. Pak Obet dan kru-nya sudah siap untuk masak ikan bakar untuk kami. Sembari menunggu makanan matang, kami berjalan mengelilingi pulau. Sesuai namanya, pulau ini memang kecil walaupun ngga ada satu pun pohon cemara. Hanya perlu waktu 15 menit untuk mengelilingi seluruh pulau. Buat yang seneng ngambil objek foto selain selfie, di sini banyak obyek foto yang bagus. Objek foto yang bakalan dapet respon “ya ampunn ini di mana? Bagus bangeet!”

Kurang lebih begini fotonya. Saking panik liat air yg bening sampe lupa foto pulaunya. Tapi kalo penasaran bisa dilliat di header blog ini :D 



Karena saya orangnya amatiran (re: males mikir) dan ngga nemu kalimat yang pas buat mendeskripsikan pemandangan yang ada di Pulau Cemara Kecil, makanya saya kasih  liat fotonya aja ya :D

Setelah puas menikmati keindahanan pulau (read: foto-foto sampe pegel) dan makan siang sampe kenyang, kami meninggalkan Pulau Cemara Kecil untuk kemudian snorkeling (lagi). Setelah kira-kira 2 jam snorkeling kami melanjutkan jelajah ke sebuah pulau yang lumayan besar (ngga tahu namanya) dan berpenghuni untuk melihat sunset. Sayangnya karena terlalu banyak wisatawan yang datang dan spot untuk mengambil sunset yang bagus hanya sedikit jadi saya ngga dapet foto sunset sama sekali.
Udah mirip Riyanni Djangkaru belom? 

Kami kembali ke penginapan tepat saat langit mulai gelap dan listrik sudah menyala. Badan pegel dari ujung kepalah hingga kaki, rasanya seperti jalan kaki Bandung-Bekasi-Bandung-Bekasi. Aroma tubuh pun makin mirip putri duyung, amis tiada tara. Rambut lengket campur pasir. Tapi semua itu terbayar dengan serunya kami seharian. Malam di Karimun Jawa cukup ramai, pas juga waktu itu malam minggu dan banyak juga wisatawan yang sedang berlibur. Karena banyak wisatawan dan ada beberapa penginapan yang menawarkan fasilitas pendingin ruang pada kamarnya, maka listrik pun sempat padam kurang lebih 2 jam. Kami yang memilih tempat penginapan murah meriah tanpa pendingin ruangan terpaksa harus rela terima nasib ngalah. But it was fine :)

Keesokannya kami tetap harus bangun pagi karena harus mengejar kapal yang berangkat pukul 7:00 pagi. Karena berlajan kaki menuju penginapan memakan waktu kurang lebih 30 menit, maka sejak pukul 6:00 pagi saya sudah siap berangkat. Sampai di pelabuhan kurang lebih pukul 6.30 pagi, masih ada setengah jam sebelum kapal berangkat. Daripada buang-buang waktu lebih baik manfaatkan waktu yang cuma setengah jam itu untuk….. SELFIE! (lagi)

Nah mas-mas pemalu nan unyu dan susah move on ini adalah seksi repot sepanjang perjalanan. Makasih ya, Ewin! :D 
Tepat pukul 7:00 pagi kami masuk kapal. Tidak seperti saat berangkat, sekarang kami menggunakan kapal feri untuk meneyebrang ke Jepara yang memakan watu kurang lebih 4 jam. Seperti kapal feri pada umumnya, muatan kapal tidak hanya manusia tapi ada juga bahan-bahan pangan, kendaraan, hasil bumi dan sedikit hewan ternak. Kalo pas berangkat saya menggigil kedinginan, pulangnya saya justru khawatir masuk angin karena angin laut bertiup tanpa ragu sepanjang perjalanan. Untung selama perjalanan saya mingkem jadinya batal masuk angin ^^v

Kami tiba di pelabuhan Jepara pukul 12:00 siang, perut mulai laper dan bis ke Jakarta baru ada pukul 4:30 sore. Karena badan yang udah terlanjur cape, saya ngga kepikiran buat jalan-jalan lagi di Jepara. Begitu sampe langsung cari makan dan nyari masjid sekitar terminal buat numpang istirahat.

Pukul 4:30 sore kami berangkat ke Jakarta dengan rute yang saya ngga tahu namanya tapi kayanya lebih jauh dari rute saat berangkat. Kami tiba di Jakarta pukul 1:00 siang karena bis mogok di daerah Serang dan butuh waktu 3 jam buat benerin kerusakan dan bis bisa jalan lagi. Saya pun, tanpa niat (walaupun seneng) harus bolos kantor.

Overall, walaupun badan capeknya bagai dipukulin preman se-Jakarta tapi ngga bisa bales dan kulit gosong mirip Dakocan, jalan-jalan kali ini seru dan bikin nagih. 

Seperti kata salah satu kutipan ngetop ini, “travel is the only thing you buy that makes you richer”.

Mari ita ngumpulin duit lagi buat jalan-jalan! J

No comments:

Post a Comment