July 5, 2014

Pilih Memilih

Saya ngga pernah suka yang namanya politik. Buat saya politik itu kotor, ngga ada yang bersih. Makanya saya selalu apatis dengan segala macam pemilihan pemimpin. Saya ngga pernah percaya dengan janji-janji yang diucapkan para calon pemimpin saat kampanye, karena seperti yang sudah-sudah, semua janji itu yaa cuma tinggal janji. Jarang yang terealisasi, ujung-ujungnya yang kejadian malah yang sebaliknya. Oleh karena itu juga, saya seumur-umur golput walaupun tetap datang ke TPS pada hari pemilihan. Maksudnya sih supaya surat suara saya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang ngga punya malu, soalnya ketika bicara kekuasaan dengan iming-iming hidup megah dibelakangnya, jarang ada orang yang punya malu.

Saya seorang swing voter. Saya ngga pernah yakin dengan visi dan misi kedua capres ini. Buat saya semua yang dilakukan capres pada masa kampanye tak ubahnya seperti anggota MLM yang lagi nyari downline, menjual mimpi. Saya sudah berencana untuk golput lagi di pilpres tahun ini.

Tapi saya sudah menetapkan pilihan. Saya menetapkan pilihan justru saat saya sedang di brainwash oleh pendukung fanatik seorang capres. Karena dia, saya jadi mempelajari lebih jauh tentang prestasi, rekam jejak dan visi misi kedua capres. Dan saya jadi tahu mana yang harus saya pilih. Jelas yang saya pilih adalah capres yang sedang dijelek-jelekkan namanya di depan hidung saya saat itu.

Saya selalu percaya bahwa selalu ada dua sisi dalam satu mata uang. Baik atau buruk, setiap berita yang kita dapat seharusnya dilihat dari dua sisi, istilah kerennya cover both story. Jadi misalnya nih, dapet berita jelek tentang salah satu capres, jangan langsung percaya. Cari datanya, bener apa ngga. Jadinya tahu berita yang didengar itu fakta atau sekedar senjata untuk menjatuhkan. Kalo udah tau kebenerannya, jangan maen ambil keputusan aja, expand your perception. Harus cari tau juga berita bagus dari capres yang jelek-jelekin lawannya tadi. Kalo udah tau semuanya, mulai dari prestasi, pengalaman, rekam jejak dan visi misinya baru deh tentukan pilihan. Saran saya sih, tentukan capres yang rekam jejaknya bagus dan udah punya prestasi memimpin sebelumnya. Pilih capres yang menumbuhkan harapan bukan yang menjual mimpi, capres yang mengajak kerjasama bukan yang sekadar memberi instruksi.

Itu sih yang saya lakukan pada diri saya sendiri ketika saya terlalu muak dengan linimasa twitter dan facebook yang isinya hujat menghujat pendukung antar capres. Jadi sebenernya kalo kita bisa putar lagi sudut pandang kita beberapa derajat ke arah berlainan, black capmaign itu ada manfaatnya juga. Sifatnya jadi seperti reverse psychology, bikin pandangan terbuka dan bersikap netral. Buka pikiran selebar-lebarnya supaya ngga gampang tersinggung kalo pilihannya diejek.

Seperti kata pepatah yang bilang “Minds are like parachute, only function when they are open”


Selamat memilih, Para pemiilih! Semoga yang terbaik yang menjadi juara :))

1 comment:

  1. tentukan capres yang rekam jejaknya bagus dan udah punya prestasi memimpin sebelumnya.

    #akhirnyaMemilihDUA

    ReplyDelete