Saya
ngga pernah suka yang namanya politik. Buat saya politik itu kotor,
ngga ada yang bersih. Makanya saya selalu apatis dengan segala macam
pemilihan pemimpin. Saya ngga pernah percaya dengan janji-janji yang
diucapkan para calon pemimpin saat kampanye, karena seperti yang
sudah-sudah, semua janji itu yaa cuma tinggal janji. Jarang yang
terealisasi, ujung-ujungnya yang kejadian malah yang sebaliknya. Oleh
karena itu juga, saya seumur-umur golput walaupun tetap datang ke TPS
pada hari pemilihan. Maksudnya sih supaya surat suara saya tidak
disalahgunakan oleh pihak-pihak yang ngga punya malu, soalnya ketika
bicara kekuasaan dengan iming-iming hidup megah dibelakangnya, jarang
ada orang yang punya malu.
Saya
seorang swing voter. Saya
ngga pernah yakin dengan visi dan misi kedua capres ini. Buat saya
semua yang dilakukan capres pada masa kampanye tak ubahnya seperti
anggota MLM yang lagi nyari downline,
menjual mimpi. Saya sudah berencana untuk golput lagi di pilpres
tahun ini.
Tapi
saya sudah menetapkan pilihan. Saya menetapkan pilihan justru saat
saya sedang di brainwash oleh
pendukung fanatik seorang capres. Karena dia, saya jadi mempelajari
lebih jauh tentang prestasi, rekam jejak dan visi misi kedua capres.
Dan saya jadi tahu mana yang harus saya pilih. Jelas yang saya pilih
adalah capres yang sedang dijelek-jelekkan namanya di depan hidung
saya saat itu.
Saya
selalu percaya bahwa selalu ada dua sisi dalam satu mata uang. Baik
atau buruk, setiap berita yang kita dapat seharusnya dilihat dari dua
sisi, istilah kerennya cover both story.
Jadi misalnya nih, dapet berita jelek tentang salah satu capres,
jangan langsung percaya. Cari datanya, bener apa ngga. Jadinya tahu
berita yang didengar itu fakta atau sekedar senjata untuk
menjatuhkan. Kalo udah tau kebenerannya, jangan maen ambil keputusan
aja, expand your perception.
Harus cari tau juga berita bagus dari capres yang jelek-jelekin
lawannya tadi. Kalo udah tau semuanya, mulai dari prestasi,
pengalaman, rekam jejak dan visi misinya baru deh tentukan pilihan.
Saran saya sih, tentukan capres yang rekam jejaknya bagus dan udah
punya prestasi memimpin sebelumnya. Pilih capres yang menumbuhkan
harapan bukan yang menjual mimpi, capres yang mengajak kerjasama
bukan yang sekadar memberi instruksi.
Itu
sih yang saya lakukan pada diri saya sendiri ketika saya terlalu muak
dengan linimasa twitter dan
facebook yang isinya
hujat menghujat pendukung antar capres. Jadi sebenernya kalo kita
bisa putar lagi sudut pandang kita beberapa derajat ke arah
berlainan, black capmaign itu
ada manfaatnya juga. Sifatnya jadi seperti reverse
psychology, bikin pandangan
terbuka dan bersikap netral. Buka pikiran selebar-lebarnya supaya
ngga gampang tersinggung kalo pilihannya diejek.
Seperti
kata pepatah yang bilang “Minds are like parachute, only
function when they are open”
Selamat
memilih, Para pemiilih! Semoga yang terbaik yang menjadi juara :))
tentukan capres yang rekam jejaknya bagus dan udah punya prestasi memimpin sebelumnya.
ReplyDelete#akhirnyaMemilihDUA