Di suatu minggu pagi mendung nan
syahdu, tiba-tiba saya diusik sebuah pesan
singkat via BBM oleh kerabat dekat saya berisi link video seorang misionaris tebem yang sedang khotbah dengan
logat Melayu di sebuah tempat di sekitaran Pontianak. Khotbahnya standar sih, seputar
menjelek-jelekkan agama lawannya, yaitu Islam. Sang misionaris memberikan
pendapat tentang bagaimana sebenarnya umat Muslim (menurut dia) masih belum
tahu jalan lurus sesuai pentunjuk Tuhan itu dimana. Yaa standar laah, seperti
seorang juru kampanye lagi promo partainya. Oh iya misionaris ini fasih sekali
membaca Qur’an. Tajwidnya terdengar sesuai dan tepat. Haha.
Yang makin lucu lagi adalah respon
dari kerabat saya. Dia berkomentar betapa nekat dan bodohnya misionaris
tersebut. Dan betapa geramnya dia dengan khotbahnya. Buat saya ini kocak
banget. Selayaknya baca komik strip komedi, bedanya yang saya baca adalah chat
BBM.
Saya sering bertanya-tanya,
kenapa banyak sekali orang yang mendadak merasa beriman ketika agamanya di
cemooh agama lain. Padahal sehari-harinya mereka tidak menjalakan apa yang
diperintahkan agamanya sama sekali. Saya juga heran kepada orang-orang yang baru
sekali dua pergi ngaji tapi merasa paling beriman dan merasa berkewajiban untuk
mengingatkan orang lain tentang beribadah dan dosa-dosa yang akan menghampiri. Honestly, saya muak dengan orang-orang
tersebut.
Bukan karena saya agnostic atau atheis, saya masih percaya Tuhan itu ada walaupun saya agak ragu
dengan konsep agama. Buat saya, agama itu adalah ranah personal yang seharusnya
tidak diusik oleh pihak luar selain diri kita sendiri. Kenapa harus geram
dengan khotbah seorang misionaris yang menghina Islam kalo kamu sendiri tidak
mau bersusah-susah menjalankan perintah agama yang (menurut kamu) kamu imani?
Bukankah secara tidak sadar kamu juga sering menghina agama meraka? Lantas apa
bedanya kamu dengan misionaris tadi? Sama menyebalkannya kan?!
Bukan, saya bukan membela
misionaris tadi. Saya juga muak dengan pemuka agama yang sejenis itu. Tapi,
bukan berarti saya juga harus membela agama saya dengan marah dan geram. Toh,
saya juga bukan pemeluk Islam yang taat. Saya masih sering mempertanyakan
tentang aturan-aturan agama saya yang kadang tidak beralasan. Seharusnya agama
itu tidak memaksa, bukankah semua agama itu mengajarkan kebaikan? Lalu apa yang
baik dari sebuah pemaksaan?
Menurut saya, Tuhan itu Maha
Baik, Maha Asik dan Maha Nyantai juga. Cuman, pembelanya aja yang sering caper. Kalaupun ngga ada yang nyembah
lagi, Tuhan juga ngga papa kok, Dia santai-santai aja. Jadi kenapa kita mesti
repot-repot nyari muka dengan berlomba-lomba nyari massa pendukung?
Ingat! Tuhan itu bukan calon presiden yang dipilih
berdasarkan pengikut terbanyak. Tuhan juga bukan finalis idol-idolan yang akan
menang kalo dapet voting sms paling banyak. Jadi yaa, beribadahlah sesuai
perintah agama Tuhan-mu, bagaimanapun caranya. Dan jangan sekali-kali kamu
menghujat agma lain apalagi memaksakan agamamu kepada orang lain. Percaya deh,
Tuhan ngga suka sama yang gitu-gituan. Tuhan adem ayem aja kok tanpa kamu harus cari muka
dengan teriakin namaNya kemana-mana. Hihi :D
No comments:
Post a Comment