March 20, 2014

Lolo Bamba


Menjadi anak-anak tidak seperti menjadi orang dewasa. Banyak hal yang menarik sewaktu kita masih anak-anak. Waktu dimana kita tidak memikirkan apapun selain bermain. Apa pun menjadi sangat menarik di mata anak-anak. Imajinasi mereka mengagumkan dan tanpa batas. Beda dengan orang dewasa yang sudah terlalu banyak terkontaminasi pikiran-pikiran kotor.

Sewaktu kecil (kira-kira umur 4 tahun), saya tidak teralu banyak memiliki teman. Mungkin karena saya terlalu cengeng dan tukang mengadu. Waktu itu juga ternyata saya udah plenyun haha x))

Karena selalu main sendiri tanpa teman, maka saya menciptakan teman saya sendiri. Namanya Lolo Bamba. Kapan dan dimana saya kenalan dengan Lolo, saya pun nggak tahu. Yang saya tahu Lolo Bamba selau menemani saya kemana pun.

Dalam imajinasi saya, Lolo Bamba berkulit hitam legam, bermata belo dan memiliki bibir merah tebal. Tingginya tidak lebih dari tinggi saya waktu itu, rambutnya berubah-ubah tergantung mood saya. Lolo Bamba selau tersenyum dan ngga pernah menrengut. Sekilas mirip seperti Dakocan. Kemanapun saya selalu terlihat menggandeng Lolo. Saya bahkan mengenalkannya ke Ibu, Babab, Mba Ipit dan Momon, boneka monyet coklat teman saya bermain ibu-ibuan.

Lolo Bamba selalu menemani saya bermain masak-masakan, ibu-ibuan dan kenek-kenekan. Saat sedang main masak-masakan, maka Lolo Bamba berperan sebagai Bapak, saat sedang main ibu-ibuan, Lolo Bamba sebagai tetangga saya dan saat saya main kenek-kenekan, Lolo Bamba berperan sebagai sopir atau penumpang. Waktu itu, apapun yang dilakukan bersama Lolo sangat menyenangkan dan seru!

Tidak ada orang yang bisa melihat Lolo Bamba selain saya. Jadi jika saya sedang bermain dengannya, maka orang akan melihat anak kecil kurus berambut merah sedang bermain sambil berbicara sendirian. Beruntungnya, Ibu memiliki pengetahuan cukup luas mengenai dunia anak-anak dan tidak cepat-cepat memvonis saya sebagai anak berkemampuan spesial.

Kira-kira saat kelas 4 SD, Lolo Bamba mulai menghilang, seiring dengan saya pindah rumah dan memiliki teman di tempat yang baru. Ibu dan Babab sering bertanya keberadaan Lolo, waktu itu saya jwab “Lolo-nya lagi pergi kerumah ibunya”. Dan sekarang, Lolo benar-benar menghilang.

Tulisan ini semacam pengingat bahwa teman khayalan ternyata bisa dirindukan juga. Mungkin jika saya bertemu Lolo saat ini, saya kan lari ketakutan karena bentuknya yang absurd dan ngga jelas.

Buat Lolo Bamba dimanapun kamu dan dalam bentuk apapun, makasih ya udah nemenin saya main-main waktu kecil.
See you when I see you :))



No comments:

Post a Comment