February 2, 2014

Bebanjiran


Saya selalu suka hujan. Hujan pagi, siang, sore, apalagi malem ,bikin enak tidur :D. Seperti pada umumnya sifat air yang membawa kesejukan, begitupun hujan. Aromanya, suaranya dan dinginnya selalu membawa ketenangan. Aroma rintik hujan yang menyentuh tanah buat saya adalah aroma terbaik yang belum ada tandingannya. Suara rintik hujan serupa orkes alam dengan kodok betung sebagai paduan suaranya, terdengar berisik tapi menyenangkan. Bikin senyum-senyum sendiri x))

Indah yah hujan itu. Saat dimana matahari harus pasrah berdiam diri dibelakang awan hujan yang montok bulat berjejalan di langit kelabu sewarna abu. Saya bahkan sering sengaja bermacet-macet muterin Jakarta dikala hujan demi merasakan nikmatnya berdiam meringkuk di bis sambil memandangi titik air yang menerpa jendela (iya, ini keliatan seperti adegan galau legendaris sepanjang masa)

Sayangnya, akhir-akhir ini hujan tidak seindah yang dari tadi saya certain. Rintik dan aromanya memang masih sama tapi efek membahagiakannya seperti terkikis perlahan, semuanya karena alasan BANJIR.

Foto diambil waktu banjirnya masi level 'wajar'
Memang sudah menjadi tradisi di rumah saya bahwa setiap tahun pasti harus rela rumahnya dijadikan kali dadakan oleh banjir. Biasanya tinggi banjir maksimal selutut dan itupun setahun hanya sekali. Tapi tahun ini sepertinya banjir betah banget berkunjung kerumah saya. Dalam 2 bulan terakhir, banjir-banjir ini sudah bertamu 5 kali dan dengan ketinggian lebih dari biasanya, sepingggang!

Rumah pengungsian pun yang biasanya aman, tentram dan damai ikut-ikutan didatengin banjir. Hujannya juga sepertinya sedang reuni akbar, ngumpul breg jadi satu turun ke tanah. Deras ngalir ga pake jeda. Banjir tinggi ditambah hujan deras tanpa reda menghasilkan pikiran-pikiran menakutkan. Pikiran menakutkan itu menumpulkan keberanian dan, pastinya melenyapkan senyuman (yakelah cha bahasanya!)

Dan pikiran menakutkan tersebut yang mengikis kebahagiaan hujan. Sekarang, tiap denger suara hujan yang dipikiran cuman banjir dan air kotor yang akan betah nginep dalem rumah berhari-hari. Pikiran akan betapa susahnya, bahkan hanya untuk pipis. Belom lagi listrik yang padam menambah lengkap semua derita banjir.

Pikiran-pikiran tadi ditambah kadarnya oleh segala pemberitaan di semua media bahwa hujan deras masih akan berlangsung hingga akhir Febuari dan memang matahari sebulan belakangan ini seperti malas-malasan untuk bersinar. Karena itu semua saya sempat takut keluar rumah. Saya takut ketika berada diluar, hujan deras akan turun, saya ngga bisa pulang dan dirumah banjir mulai tinggi. AAAARRGHH!!!

Tiap ada gerimis saya selau cemas. Saya berubah jadi seperti Ranma Setengah, tokoh dalam anime Dragon Ball Z yang akan berubah jadi perempuan ketika kena air. Saya cemas bukan karena air hujan yang bisa mengubah saya menjadi cowo tampan, pujaan hati setiap wanita, tapi karena saya takut dari hujan rintik kecil manis tersebut akan berubah menjadi hujan deras tanpa henti yang akan membawa banjir(lagi) dirumah.

Begitu hebatnya efek banjir menimpa saya, entah karena saya yang emang lagi cengeng luar biasa atau emang karena banjir tahun ini yang luar biasa. Yang pasti saya setres ngga udah-udah tiap denger banjir dan saya cape kebanjiran terus.
ini saya capek banget loh. kliatan kan mukanya capeeeekk banget!


No comments:

Post a Comment