December 22, 2012

Menjadi Ibu





 Menjadi ibu itu bukan pekerjaan  mudah, profesi yang harus dijalani dengan ikhlas walaupun terpaksa. Lucu ya, harus dilakukan dengan ikhlas tapi terpaksa. Haha...

Siang tadi saya terlibat obrolan iseng sama teman dikampus, katanya menjadi Ibu itu pekerjaan yang enak karena cuman dirumah aja seharian, ga kena macet, ga mesti kejar-kejaran rebutan bis tiap pagi dan sore. Men, lo pikir segampang itu?! Emang enak seharian terjebak dirumah, melakukan pekerjaan yang sama setiap harinya dan ga pernah berhenti dari melek mata sampe mata merem lagi tanpa gaji dan tanpa ucapan terima kasih?!!

Beberapa orang pasti bilang begini 'kalo dijalaninnya ikhlas tanpa paksaan, semua pasti terasa menyenangkan' Pret!! Bullshit!

Saya emang belom pernah jadi ibu, tapi lo kan ga harus makan es krim untuk tau rasa es krim seperti apa.

Ibu adalah orang pertama yang bangun di rumah,padahal tidurnya paling belakangan. Pagi buta Ibu sudah mulai bekerja, mulai dari siapin sarapan, siapin bekal untuk sekolah (ini kalo yang anaknya tergila-gila sama masakan ibunya seperti saya), dilanjut siangnya harus beberes rumah, cuci baju, masak (lagi), jemput anak sekolah, setrika baju. Menjelang sore Ibu masih harus masak (lagi) untuk makan malam. Setelah seharian berjibaku menyelesaikan 'kewajiban'nya terkadang si suami dengan semena-mena minta jatah. Peduli setan istrinya mao atau ngga. Berutung bagi Ibu yang punya uang lebih agak banyakan, jadi bisa sewa tenaga pembantu jadi bisa seditki meringankan beban pekerjaan "mulia".


Belum lagi kewajiban Ibu yang lain, yang menurut saya paling penting. Mendidik. "Ibu itu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya dan anak itu ekolah bagi Ibunya" begitu Ibu saya selalu bilang. Dan ini bukan pekerjaan mudah. Salah sedikit bisa mempengaruh masa depan si anak yang juga sebagai generasi penerus bangsa yang seharusnya gilang gemilang. Belom lagi campur tangan orang tua yang terkadang merasa lebih tau, padahal malah merusak apa yang sudah tertanam.

Seperti kata Mba Ipit disini  "Jadi ibu itu susah sekali, profesi 24/7 tanpa libur yang sering dikira magabut ongkang-ongkang kaki dan dituduh ngabisin duit suami, padahal nggak pernah ada appraisal maupun promosi, apalagi sekadar ucapan terima kasih. In the end, setelah mereka lelah mengurus anak-anak tambatan hati dan tujuan hidup, mereka juga harus melepas ikhlas menjalani hidup sendiri'.

Sudah sekian kali saya baca tulisan diatas dan selalu menangis setelahnya, mungkin karen Mba Ipit emang jago nulis (pret!) dan saya yang penangis.


Ibu, jarang disebut jika anaknya sukses. Namun Ibu, harus rela disalahkan jika anaknya nakal berlebihan.

Ibu buat saya adalah sosok hebat yang bukan malaikat.
Ibu, tidak bersayap, tidak bersinar tapi dia mampu menyinari setiap kegelapan saya. Bukan orang yang pintar tapi bagi saya dia adalah ensiklopedia hidup, yang darinya saya tau semuanya (setidaknya sampai saya kenal Mbah Google).

Ibu adalah koki terbaik sepanjang masa, dunia akherat. Masakannya sudah mengisi perut saya sejak saya dapat mengunyah dan sambelnya sudah saya telan dari usia 7 bulan.

Ibu yang dulu lebih memilih saya ketimbang nyawanya sendiri (okay ini sedikit lebay).

Ibu yang terkadang saya gak mengerti jalan pikirannya.

Ibu yang hanya lulusan SMA tapi buat saya, ilmunya mengalahkan profesor lulusan universitas hebat manapun di dunia.

Ibu, yang terkadang saya benci teramat sangat tapi kemudian menyesal sesudahnya.

Buat Bu Anggi, jangan bosen-bosen jadi ibu hebat saya yah!

Selamat hari Ibu, kalian manusia hebat!!





No comments:

Post a Comment